Para pembaca yang budiman, sebelum membahas lebih lanjut tentang suka duka pacaran dengan guru, sebelumnya kami minta maaf jika ada penyampaian yang menyebabkan konspirasi hati maupun pertentangan bathin dalam hati anda.
Sebagai seorang manusia yang diciptakan dengan rasa suka, simpati dan ketertarikan terhadap lawan jenis, kami menyadari bahwa posisi kami sebagai manusia tersebut pada akhirnya menyebabkan kami memiliki rasa ketertarikan terhadap lawan jenis.
Tapi bagaimana ceritanya jika kami menyukai seorang guru kemudian pada akhirnya benar-benar berpacaran dengan guru yang kami sukai tersebut? Jangan beranjak dulu, sebab kami akan menjelaskannya dengan cukup detail dikarenakan hal ini benar-benar kami alami.
Berdasarkan pengalaman pribadi, kami menyatakan bahwa pacaran dengan guru itu memang "agak berbeda" jika dibandingkan dengan lawan jenis yang tidak berprofesi sebagai guru. Banyak suka duka yang kami alami, dari mulai harus pacaran secara sembunyi-sembunyi hingga keluar keringat panas dingin ketika diperkenalkan kepada calon mertua yang pada akhirnya gagal menjadi mertua beneran.
Suka duka berpacaran dengan guru memiliki kadar lebih tinggi, berbeda dari yang lain dan tentunya meninggalkan kesan yang dalam serta tidak pernah terlupakan, buktinya artikel ini kami tulis karena momen tersebut benar-benar masih terkenang hingga sekarang.
Lalu apa saja suka duka yang kami alami ketika berpacaran dengan guru?? Berikut adalah penjelasannya.
Note : Kami dan Guru Pujaan Hati Waktu Itu Masih Sama-Sama Single.
Lebih sering mendapat nilai bagus untuk sebagian besar mata pelajaran. Sebelumnya kami meminta maaf, bukannya tinggi hati atau sombong, namun saat itu kami di sekolah bisa dikategorikan sebagai murid yang cukup menonjol dalam hal akademis maupun non akademis. Tapi semenjak berpacaran dengan guru, nilai-nilai yang kami dapatkan di buku report mengalami peningkatan yang lebih baik. Entah memang ada campur tangan sang pujaan hati atau memang sebuah bentuk kerja keras kami dalam belajar, sampai sekarang kami belum mendapatkan jawaban eksak mengenai hal tersebut.
Sering mendapat kata-kata puitis dan romantis di lembaran kertas buku pelajaran. Lucu memang jika mengenang momen tersebut, tapi itulah kenyataannya. Ketika teman yang lain hanya mendapatkan nilai di dalam kertas atau buku berisi soal ulangan, tidak demikian dengan kami. Sebab di beberapa area yang berdekatan dengan nilai ulangan tersebut sering terdapat tambahan kata-kata puitis serta romantis yang ditulis dengan spidol berwarna pink. Ehheemm koq jadi kangen beliau yaaa.
Sering diberi hadiah tambahan di akhir catur wulan. Sebagai seorang murid yang seringkali mendapatkan piagam penghargaan sebagai siswa berprestasi, kami tentunya merasa senang ketika ditawari beasiswa serta hadiah lain dari sekolah.
Tapi ada hal lain yang membuat kami merasa lebih senang, yakni ketika diminta menghadap langsung guru yang menjadi pujaan hati. Pertemuan ini seringkali dimanfaatkan oleh beliau untuk memberikan hadiah tambahan seperti selusin buku pelajaran, t-shirt/kaos dan topi yang lagi nge-trend.
Dilempari kunci jawaban ketika EBTANAS. Meskipun saat itu (jujur lho, pake banget) kami menolak bocoran kunci jawaban dari Yayang, namun alhamdulillah kami tetap bisa mengerjakan soal-soal EBTANAS tanpa mencontek sedikit pun dari kunci jawaban yang diberikan. Bahkan waktu itu kami langsung memberikan sobekan kertas berisi kunci jawaban tersebut kepada teman yang lain.
Sering diajak pelesiran ke tempat-tempat wisata yang belum pernah dikunjungi. Entah karena beliau suka jalan-jalan atau memang sengaja ingin bepergian bersama kami sebagai wkwkwk -pujaan hatinya-, namun jujur banget lho bahwa kami berdua seringkali beriringan kesana kemari menuju berbagai tempat wisata, padahal kepergian kami tersebut seringkali dilakukan bukan pada hari libur. Indah banget deh pokoknya.
Sering dapet bimbingan belajar gratis. Dulu, kami belum mengenal les tambahan seperti sekarang seperti GO atau SSC, yang ada adalah les di sekolah di sore hari menjelang EBTANAS. Tapi waktu itu kami benar-benar beruntung, sebab bisa mendapatkan bimbingan belajar gratis secara pribadi di kediaman sang guru yang menjadi pujaan hati.
Sering dapet oleh-oleh dari tempat asal sang guru pujaan hati. Selain mendapat oleh-oleh di momen spesial, kami juga seringkali mendapatkan buah tangan dari sang guru pujaan hati ketika dia pulang dari bepergian keluar kota. Bahkan kami seringkali ditanya "Kamu mau pesan apa dari Bali, Yang?" sebelum beliau berangkat ke kota tujuan. Hehehe, indah banget ya, Om/Tante? Wkwkwk.
Penjelasan di atas adalah penjelasan yang identik dengan kebahagiaan atau rasa suka berpacaran dengan guru. Dan dibawah ini adalah beberapa rasa duka atau sedih yang seringkali kami rasakan ketika berpacaran dengan seorang guru:
Harus menyembunyikan hubungan supaya tidak diketahui teman atau guru yang lain, bahkan orangtua. Selain karena waktu itu kami masih ingusan, juga dikarenakan oleh stigma masyarakat yang terkesan menganggap guru sebagai orang yang harus dihormati, maka kami berdua sepakat memutuskan untuk menyembunyikan hubungan tersebut hingga hampir 4 tahun lamanya.
Tidak enak memang pacaran secara sembunyi-sembunyi, tetapi demi menjaga profesionalitas dan nama baik masing-masing, akhirnya kami tidak keberatan untuk tidak mengumbar hubungan kami kepada siapapun. Intinya, yang tahu hanyalah diri kami masing-masing.
Harus sabar menahan rindu ketika sang guru pujaan hati ke kampung halamannya. Dikarenakan sang guru pujaan hati berasal dari sebuah daerah nan jauh disana, kami seringkali harus bisa menahan rasa rindu di momen seperti liburan akhir sekolah. Jika sudah seperti ini, maka telepon koin atau wartel adalah sebuah tempat paling romantis yang paling memahami serta cocok untuk mengobati kerinduan kami, sebab mendengar suaranya saja sudah bikin kami benar-benar merasa bahagia dan senang. Bahkan tak jarang lho sepulang nelepon beliau, kami pulang ke rumah dengan loncat-loncat di jalan seperti orang bermain balap karung.
Cemburu ketika sang guru pujaan hati bercengkerama dengan guru lain yang berbeda jenis atau genit. Kata siapa tidak ada guru genit ? Ada lho. Kami seringkali merasa cemburu ketika melihat dengan kepala sendiri sang guru pujaan hati digoda oleh rekannya sesama guru.
Perpisahan di akhir tahun ajaran. Tidak ada yang paling menyedihkan selain momen ini. Kenapa? Karena kami harus pergi meninggalkan sekolah, teman-teman, kelas, mantan pacar sekaligus guru yang kami sayangi. Hal ini benar-benar tidak bisa dicegah karena kami harus menempuh perjalanan lagi di tempat yang sangat jauh dari tempat kami saat itu. Dan akhirnya setelah momen perpisahan di akhir tahun ajaran tersebut kami menjadi sangat jarang bertemu, bahkan berkomunikasi (saat itu belum ada handphone, internet juga mahal banget, USD$ 2 per jam).
Gagal jadi pasangan hidup untuk selamanya. Dan inilah rasa duka paling tragis yang kami alami ketika berpacaran dengan guru. Tanpa ada aral melintang, tanpa ada petir menyambar dan tanpa ada sesuatu yang aneh, secara perlahan kami pada akhirnya benar-benar kehilangan komunikasi. Tidak ada lagi kabar setelah sekitar 1 tahun saling menanti. Entahlah...toh pada waktu itu kami menyerahkan semuanya kepada-Nya. Karena kami sangat yakin bahwa jodoh itu ada di tangan-Nya.
Setelah menyimak penjelasan kami di atas, anda pastinya bisa menyimpulkan bahwa pacaran dengan guru memang memiliki lebih banyak aspek bahagianya daripada dukanya. Jadi, kenapa masih takut pacaran dengan guru atau murid?? Wkwkwk.
Demikian penjelasan kami mengenai suka duka pacaran dengan guru, semoga artikel ini memberikan tambahan pengalaman, wawasan, ide, inspirasi, pengetahuan dan semangat untuk menjalani hari-hari secara lebih baik dan menyenangkan.
Silahkan scroll ke bawah untuk membaca artikel menarik lainnya. Kami bukan pengemis perhatian, tapi jika memang artikel ini layak dibagikan, kenapa tidak dibagikan ??
Sering dapet oleh-oleh dari tempat asal sang guru pujaan hati. Selain mendapat oleh-oleh di momen spesial, kami juga seringkali mendapatkan buah tangan dari sang guru pujaan hati ketika dia pulang dari bepergian keluar kota. Bahkan kami seringkali ditanya "Kamu mau pesan apa dari Bali, Yang?" sebelum beliau berangkat ke kota tujuan. Hehehe, indah banget ya, Om/Tante? Wkwkwk.
Penjelasan di atas adalah penjelasan yang identik dengan kebahagiaan atau rasa suka berpacaran dengan guru. Dan dibawah ini adalah beberapa rasa duka atau sedih yang seringkali kami rasakan ketika berpacaran dengan seorang guru:
Harus menyembunyikan hubungan supaya tidak diketahui teman atau guru yang lain, bahkan orangtua. Selain karena waktu itu kami masih ingusan, juga dikarenakan oleh stigma masyarakat yang terkesan menganggap guru sebagai orang yang harus dihormati, maka kami berdua sepakat memutuskan untuk menyembunyikan hubungan tersebut hingga hampir 4 tahun lamanya.
Tidak enak memang pacaran secara sembunyi-sembunyi, tetapi demi menjaga profesionalitas dan nama baik masing-masing, akhirnya kami tidak keberatan untuk tidak mengumbar hubungan kami kepada siapapun. Intinya, yang tahu hanyalah diri kami masing-masing.
Harus sabar menahan rindu ketika sang guru pujaan hati ke kampung halamannya. Dikarenakan sang guru pujaan hati berasal dari sebuah daerah nan jauh disana, kami seringkali harus bisa menahan rasa rindu di momen seperti liburan akhir sekolah. Jika sudah seperti ini, maka telepon koin atau wartel adalah sebuah tempat paling romantis yang paling memahami serta cocok untuk mengobati kerinduan kami, sebab mendengar suaranya saja sudah bikin kami benar-benar merasa bahagia dan senang. Bahkan tak jarang lho sepulang nelepon beliau, kami pulang ke rumah dengan loncat-loncat di jalan seperti orang bermain balap karung.
Cemburu ketika sang guru pujaan hati bercengkerama dengan guru lain yang berbeda jenis atau genit. Kata siapa tidak ada guru genit ? Ada lho. Kami seringkali merasa cemburu ketika melihat dengan kepala sendiri sang guru pujaan hati digoda oleh rekannya sesama guru.
Perpisahan di akhir tahun ajaran. Tidak ada yang paling menyedihkan selain momen ini. Kenapa? Karena kami harus pergi meninggalkan sekolah, teman-teman, kelas, mantan pacar sekaligus guru yang kami sayangi. Hal ini benar-benar tidak bisa dicegah karena kami harus menempuh perjalanan lagi di tempat yang sangat jauh dari tempat kami saat itu. Dan akhirnya setelah momen perpisahan di akhir tahun ajaran tersebut kami menjadi sangat jarang bertemu, bahkan berkomunikasi (saat itu belum ada handphone, internet juga mahal banget, USD$ 2 per jam).
Gagal jadi pasangan hidup untuk selamanya. Dan inilah rasa duka paling tragis yang kami alami ketika berpacaran dengan guru. Tanpa ada aral melintang, tanpa ada petir menyambar dan tanpa ada sesuatu yang aneh, secara perlahan kami pada akhirnya benar-benar kehilangan komunikasi. Tidak ada lagi kabar setelah sekitar 1 tahun saling menanti. Entahlah...toh pada waktu itu kami menyerahkan semuanya kepada-Nya. Karena kami sangat yakin bahwa jodoh itu ada di tangan-Nya.
Setelah menyimak penjelasan kami di atas, anda pastinya bisa menyimpulkan bahwa pacaran dengan guru memang memiliki lebih banyak aspek bahagianya daripada dukanya. Jadi, kenapa masih takut pacaran dengan guru atau murid?? Wkwkwk.
Demikian penjelasan kami mengenai suka duka pacaran dengan guru, semoga artikel ini memberikan tambahan pengalaman, wawasan, ide, inspirasi, pengetahuan dan semangat untuk menjalani hari-hari secara lebih baik dan menyenangkan.
Silahkan scroll ke bawah untuk membaca artikel menarik lainnya. Kami bukan pengemis perhatian, tapi jika memang artikel ini layak dibagikan, kenapa tidak dibagikan ??
No comments:
Post a Comment