Namun sebelum kami menjelaskan penyebab siswa tidak menghargai guru, kami akan menguraikan terlebih dahulu beberapa aspek yang turut berperan besar menyebabkan siswa bersikap tidak menghargai atau tidak menghormati guru.
Dalam artikel sebelumnya kami sudah menjelaskan beberapa alasan kenapa seorang guru harus dihormati. Dalam artikel tersebut kami mengambil sudut pandang sejarah guru di jaman penjajahan kolonial hingga masa sekarang.
Dengan semakin berkembangnya zaman, pengaruh globalisasi dan teknologi ikut merambah ke sebagian besar aspek kehidupan, termasuk ke bidang (dunia) pendidikan.
Dan berikut ini adalah penjelasan lengkap mengenai 5 penyebab siswa tidak menghargain guru :
1. Kondisi Psikologis Siswa Yang Belum Stabil
Kenapa kami menempatkan faktor psikologis siswa sebagai penyebab siswa tidak menghormati guru ini di urutan pertama?
Sebab sebesar apapun pengaruh dari luar tidak akan membuat siswa lalai menghormati gurunya jika siswa yang bersangkutan memiliki kondisi psikologis yang kuat dan stabil.
Sikap tidak menghargai guru lebih banyak berasal dari dalam diri siswa yang memiliki kondisi psikologis tidak stabil, baik itu bawaan maupun pengaruh dari keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat.
Siswa yang memiliki kondisi psikologis yang tidak stabil cenderung sulit untuk menentukan sikap sekaligus sulit untuk menerima eksistensi orang lain, termasuk guru.
Kondisi diatas akan menyebabkan siswa yang bersangkutan memiliki keinginan untuk mendominasi, selalu dihargai, sulit menerima kehadiran orang lain dan tentunya akan sulit menghargai guru.
Maka dari itu sudah menjadi hak dan kewajiban setiap guru untuk mengenai tanda atau ciri siswa yang memiliki ketidakstabilan psikologis. Sebab dengan mengenai tanda tersebut maka seorang guru bisa menentukan sikap dan tindakan yang tepat untuk mencegah dirinya tidak dihormati oleh siswa tersebut.
2. Persaingan Kekuasaan di Kelas dan Sekolah
Kami menempatkan alasan ini di posisi kedua dikarenakan melihat sendiri bahwa sekolah adalah salah satu tempat bagi para siswa didik untuk mencari jati, baik itu siswa pria maupun wanita.
Namun sayangnya (kembali ke poin pertama) proses mencari jati diri di sekolah tersebut seringkali kebablasan dikarenakan kurangnya pengawasan dari orangtua, guru dan warga sekolah yang lain. Sehingga pada akhirnya proses pencarian jati diri itu malah berubah menjadi tindakan kekerasan di antara siswa.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa di setiap sekolah pastinya akan terjadi perkelahian di antara para siswa maupun siswi.
Persaingan kekuasaan tersebut akan menyebabkan lahirnya dua pihak (atau kelompok), yakni pihak/kelompok yang menguasai dan pihak/kelompok yang dikuasai.
Dalam perkembangannya, pihak yang menguasai akan menyimpulkan bahwa mereka memiliki kekuasaan atas siswa yang lain, bahkan tak jarang dalam beberapa kasus akan merasa bahwa pihak tersebut berkuasa atas warga sekolah yang lain, termasuk guru.
Kondisi di atas akan mempengaruhi terhadap sikap dan tindakan para siswa yang merasa sebagai penguasa, dan jika tidak disikapi dengan baik, pihak tersebut tidak akan menghormati guru atau tenaga pengajar.
Selain tidak menghormati guru, pihak/kelompok siswa/i yang (merasa) berkuasa tersebut akan melakukan tindakan sewenang-wenang yang sebenarnya dikategorikan sebagai tindakan kriminal seperti melakukan pungutan liar atau memaksa siswa dari pihak yang dikuasai.
Di kelas pun mereka (pihak/kelompok) yang berkuasa cenderung akan melakukan berbagai tindakan yang disukai oleh guru, bahkan di luar sekolah bisa melakukan tindakan yang membahayakan keselamatan guru.
Maka dari itu, kenalilah para siswa didik anda supaya anda tetap menjadi seorang guru yang hangat yang bisa menjalankan profesi dengan baik, mengajar dengan penuh rasa cinta serta disukai dan dihormati oleh para murid.
3. Pola Mengajar Disertai Sikap dan Tindakan Yang Tidak Mendidik
Menjadi seorang guru tidak hanya memberikan pengetahuan dari buku, pengetahuan dan pengalaman, namun juga mentransfer sikap, kebiasaan, tindakan, cara berkata dan cara mengambil keputusan yang baik serta bijaksana.
Salah satu pola mengajar yang salah yang terjadi di kelas bisa menjadi salah satu penyebab siswa tidak menghargai atau tidak menghormati seorang guru.
Contoh pola mengajar yang salah misalnya memberikan tugas dengan porsi tidak wajar, sementara sebelum-sebelumnya para siswa hanya disodori dengan diktat, LKS ataupun materi berupa kertas yang di photocopy tanpa mengalami interaksi dan pertemuan (tatap muka) secara langsung.
Membentak, memberi hukuman fisik berlebih (seperti menampar, melempar wajah siswa dengan penghapus) juga sebaiknya jangan pernah dilakukan jika anda ingin menjadi guru yang dihargai, disegani dan dihormati oleh para siswa didik.
Karena keprofesionalan seorang guru bukan dilihat dari seberapa keras bentakannya atau seberapa sakit tamparan tangannya, namun ditentukan oleh kehangatan, kedekatan, cara berbicara, cara tersenyum, cara menatap dan sikap baik lainnya ketika mengajar maupun dalam aktivitas lain selain mengajar.
4. Terlalu Otoritas Terhadap Siswa Didik (Murid)
Di era keterbukaan seperti sekarang, memiliki sikap otoriter akan menjadi sesuatu yang menonjol sekaligus akan menjadi sumber kebencian, apalagi jika otoritas tersebut dianggap hanya menguntungkan guru saja.
Salah satu bentuk otoritas yang sebaiknya dihindari oleh para guru adalah mewajibkan siswa membawa sesuatu ke sekolah, yang mana jika siswa tidak membawanya akan dikenakan hukuman berat. Tindakan seperti ini akan menimbulkan kesan dan anggapan negatif dari para siswa didik, yang pada akhirnya mereka tidak akan menghargai anda sebagai guru.
Seorang guru harus bersikap bijaksana, santun dan memperlakukan siswa layaknya manusia. Ingat bahwa seorang siswa tetaplah seorang manusia yang memiliki perasaan dan hati nurani. Jangan sampai anda tidak dihargai dikarenakan anda menyalahgunakan wewenang dan otoritas anda sebagai guru.
5. Berkata Kasar, Suka Pamer Serta Bersikap Sombong
Di beberapa jenjang sekolah yang pernah penulis alami, kami menemukan bahwa pasti ada guru yang berkata/bersikap kasar, suka pamer dan memiliki kepribadian yang sombong.
Diberi anggukan kepala malah memelototi atau bahkan tidak menghiraukan sama sekali. Di sela-sela mengajar didominasi dengan kalimat-kalimat yang menunjukkan ketajiran ataupun kondisi lain yang berhubungan dengan harta berlimpah, sedangkan pelajaran hanya dijadikan sebagai selingan.
Ada yang memberi hukuman berupa cambukan di betis atau punggung ketika terlambat masuk atau mendapatkan nilai buruk.
Itu adalah beberapa tindakan yang sangat tidak layak dilakukan oleh seorang guru. Sebab tugas, wewenang, hak dan kewajiban seorang guru bukanlah melakukan kekerasan, pamer atau bersikap sombong di depan kelas, melainkan mentransfer ilmu dengan cara-cara yang baik serta terpuji.
Itulah penjelasan dari kami mengenai 5 alasan atau penyebab siswa tidak menghargai guru. Semoga artikel atau informasi ini bisa memberikan tambahan wawasan, pengalaman, pengetahuan, ide dan inspirasi untuk kita semua. Amin.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih atas atensi dan kunjungan anda, sampai jumpa di kesempatan yang akan datang dengan artikel bermanfaat lainnya.
No comments:
Post a Comment