Susuk Sumbawa adalah sebuah abbreviaton atau singkatan atau akronim yang mana penjelasannya akan kami rinci secara lebih detail.
Untuk anda rekan-rekan guru honorer, kami juga mengharapkan anda untuk tidak membayangkan, berspekulasi ataupun berandai-andai tentang kesejahteraan dengan bantuan magic atau pengaruh mistik lainnya. Tetaplah mengabdikan diri, dan biarkan kami mendukung, membantu dan memperjuangkan anda melalui dunia maya yang tanpa aturan ini.
Kami rasa prolog di atas sudah cukup.
Pemerintah terkesan tidak memahami bahwa kesejahteraan itu tidak akan pernah bisa diwujudkan atau didapatkan dalam bentuk sebuah undang-undang atau peraturan. Kesejahteraan itu perlu direalisasikan dalam bentuk materi (setidaknya itu yang kami pahami), sehingga bathin dan lahir bisa terpenuhi oleh materi tersebut, itulah kesimpulan akhir dari kesejahteraan yang seharusnya dipahami oleh pemerintah.
Kesejahteraan guru honorer diabaikan, terlalu sering diiming-imingi dengan janji yang tidak pernah terealisasi. Dan kami rasa tidak ada jalan terbaik selain mencari jalan alternatif lain untuk mendapatkan kesejahteraan tersebut dengan cara-cara yang halal, positif dan tidak merugikan pihak lain.
Dan berbicara tentang cara alternatif meraih kesejahteraan tersebut, dalam kesempatan kali ini kami akan mengupas sebuah ide gila yang menyertakan Susuk Sumbawa.
Pengertian Susuk Sumbawa
Seperti yang sudah kami bahas sebelumnya, Susuk Sumbawa adalah sebuah singkatan atau akronim atau abbreviation.
Susuk Sumbawa memiliki dua suku kata yang mana masing-masing suku kata memiliki arti yang berbeda.
Susuk adalah singkatan dari sumbangan sukarela.
Sumbawa adalah singkatan dari sumbangan wajib.
Setelah memahami pengertian Susuk Sumbawa di atas, maka sekarang saatnya bagi kita untuk menyimak peranan, manfaat, kemungkinan permasalahan dan beberapa aspek lain yang berhubungan dengan istilah tersebut.
Mengenal Lebih Dalam Guru Honorer
Sebelum membahas lebih lanjut, kami sangat mengharapkan anda untuk menyikapi ide gila kami ini dengan cara berpikir, perilaku, sikap dan tindakan yang baik sebagai ciri warga negara Indonesia yang terkenal di seantero dunia sebagai warga yang ramah.
Jika melihat kenyataan di lapangan (kebetulan di antara kami sendiri ada yang pernah magang sebagai karyawan honorer di salah satu instansi pemerintah), karyawan (dalam hal ini guru honorer) seringkali diberikan tugas yang relatif lebih berat dibandingkan dengan mereka yang sudah di angkat menjadi Pegawai Negeri Sipil.
Beban kerja tersebut biasanya terjadi dikarenakan guru honorer seringkali harus mengerjakan pekerjaan mereka (para PNS), maaf kami bukannya menyudutkan, tapi dalam beberapa kasus...kondisi seperti itu sangat mudah ditemukan di berbagai instansi. Tapi ini bukanlah sebuah dogma, karena kasus tersebut bukanlah sebuah keharusan, sebab masih banyak instansi lain yang "memperlakukan" tenaga honorer secara baik-baik, manusiawi dan berperikemanusiaan sesuai dengan "kodrat" tenaga honorer tersebut.
Kembali kepada masalah kesejahteraan guru honorer.
Honorer di ambil dari bahasa Inggris yang bisa diartikan sebagai hormat. Kemudian diberi akhir -er, sehingga honorer bisa diartikan sebagai orang yang memberi hormat.
Melihat pengertian kata honorer tersebut tentunya seseorang yang mengabdikan diri sebagai guru honorer bisa memahami bahwa mereka mengabdikan diri untuk menghormati apapun dan siapapun yang dihadapi serta dilakoninya.
Di sekolah, seorang guru honorer harus bisa menghormati rekan-rekan sejawat, menghormati siswa, menghormati profesi, menghormati alam, menghormati lingkungan, menghormati masyarakat, menghormati orang tua, menghormati wali murid dan menghormati-Nya.
Peranan dan Pengaplikasi Susuk Sumbawa Untuk Kesejahteraan Guru Honorer
Kembali kepada polemik berupa kesejahteraan para guru honorer.
Kami melihat bahwa polemik yang terjadi di kalangan guru honorer adalah tanggung jawab seluruh rakyat.
Untuk menghilangkan polemik kesejahteraan yang dihadapi para guru honorer bisa dilakukan secara bertahap, dari mulai mencoba, mengusahakan dan mewujudkan tindakan pro aktif.
Dan tindakan tersebut salah satunya sangat mungkin terwujud dengan ide gila kami yang bernama Susuk Sumbawa tersebut.
Uang THR Rp. 100.000 di tahun 2004-2005 yang kami dapatkan kami rasakan sangat besar, namun tidak ada "upah" bulanan dengan nilai fix atas kerja keras serta pengabdian yang kami lakukan. Dan rupanya kondisi seperti itu masih menjadi permasalahan yang dihadapi oleh para guru honorer hingga saat ini.
Bagi kami, permasalahan upah tersebut tidak kami permasalahkan saat itu dikarenakan sifatnya yang personal, bahkan ketika ada ajakan untuk berdemo, kami tidak menghiraukannya. Keputusan tersebut kami ambil karena kami memiliki pola hidup sederhana dan sebagian besar kebutuhan masih bisa ditanggung oleh orang tua kami.
Tapi bagaimana dengan para guru honorer yang sudah berumah tangga, memiliki suami/istri dan anak yang kebutuhannya harus selalu dipenuhi setiap hari ? Pemerintah belum menjawabnya hingga saat ini. Undang-undang dan peraturan tidak lebih dari selembar kertas yang ditandatangi dengan penuh senyuman tanpa disertai dengan tindakan nyata dan pro aktif.
Pengertian Lebih Dalam Tentang Susuk Sumbawa
Susuk Sumbawa adalah sebuah ide gila yang sudah lama kami pikirkan, namun baru kemarin kami mendapatkan istilah yang nyelenah ini, dan hari ini kami akan menjelaskan pengertian Susuk Sumbawa secara lebih dalam.
Susuk Sumbawa bukanlah pungli, tapi bisa menjadi pungli ketika ada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang memanfaatkannya untuk kepentingan perutnya sendiri.
Susuk Sumbawa akan bisa terwujud ketika pihak sekolah, orangtua siswa, siswa, masyarakat, dinas terkait dan para guru honorer bersinergi membangun kepercayaan yang positif.
Susuk Sumbawa akan dibebankan kepada setiap warga sekolah, dimulai dari kepala sekolah, guru (PNS dan Guru Honorer), pengelola kantin, satpam (petugas keamanan), petugas kebersihan dan para siswa didik dengan mengambil nilai (nominal) terkecil mata uang negara Indonesia, yakni Rp. 500 setiap hari kerja.
Untuk lebih jelasnya, mekanismenya seperti ini :
Pengaplikasian Susuk Sumbawa di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Sederajat
Asumsikan di sebuah Sekolah Dasar ada 1 orang Kepala Sekolah, 6 orang guru, 1 orang petugas kebersihan, 1 orang petugas keamanan dan 192 siswa (merujuk kepada peraturan yang mengharuskan setiap sekolah dasar memiliki jumlah siswa maksimal per kelas sebanyak 32 orang).
Dari 201 orang di sebuah SD tersebut mengumpulkan Susuk (sumbangan sukarela) minimal Rp. 250 setiap hari, dan sumbawa (sumbangan wajib) sebesar Rp. 250, jika ditotalkan dalam sehari akan terkumpul Rp. 105.000.
Susuk Sumbawa sebesar Rp. 105.000 dikalikan dengan hari kerja (maksimal 24 hari kerja), maka dalam 1 bulan akan terkumpul Susuk Sumbawa dengan nilai total Rp. 2.520.000.
Dengan Susuk Sumbawa sebesar itu maka sekolah diharapkan bisa membantu mensejahterakan minimal (pengertian minimal disini bersifat relatif dikarenakan setiap orang memiliki gaya hidup dan kebutuhan yang berbeda) 2 orang guru honorer.
Bagaimana, gila sekali kan idenya ??
Pengaplikasian Susuk Sumbawa di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah/Sederajat
Asumsikan sebuah SMP memiliki statistik jumlah warga sekolah dengan rincian sebagai berikut :
Jumlah kelas 1 (diambil dari nilai rata-rata) : 5 Kelas
Jumlah kelas 2 (diambil dari nilai rata-rata) : 5 Kelas
Jumlah kelas 3 (diambil dari nilai rata-rata) : 5 Kelas
Jumlah siswa per kelas masing-masing 40 orang, total siswa sebanyak 600 orang.
Kepala Sekolah, Guru, Staf Tambahan sebanyak 30 orang.
Perhitungannya adalah :
Jumlah total warga sekolah (sebanyak 630 orang) x Rp. 500 x 24 hari = Rp. 7.560.000
Berapa banyak APBN dan APBD yang bisa di hemat dalam 1 tahun ? Tidak ada yang harus dikeluarkan untuk membuat spanduk, megaphone dan pernak-pernik lainnya untuk berdemo.
Nilai Sumbawa untuk itu harus fix, jangan melebihi dari Rp. 250, sedangkan untuk Susuk bisa bervariasi (namanya juga sukarela). Tapi mengakumulasikan Susuk dan Sumbawa menjadi minimal Rp. 500 adalah sebuah hal untuk mempermudah perhitungan.
Untuk jenjang sekolah lain seperti SMA/MA/Sederajat, perhitungannya tidak jauh berbeda. Formula untuk semua jenjang adalah sebagai berikut :
Susuk Sumbawa = Jumlah Total Warga Sekolah x 24 Hari x Rp. 500
Kenapa Susuk Sumbawa Bisa Membuat Guru Honorer Menjadi Lebih Sejahtera ?
Dengan menjalin komunikasi, kepercayaan dan transparansi, pihak sekolah bisa mensosialisasikan Susuk Sumbawa tanpa ada unsur paksaan. Alasannya nilai uang sebesar Rp. 500 untuk ukuran masyarakat Indonesia sudah tidak menjadi nilai yang berharga.
Uang Rp. 500 sangat jarang dilirik, daripada disumbangkan di minimarket, kami yakin para orangtua murid akan lebih memilih untuk menyumbangkannya kepada sekolah dengan harapan anak-anak mereka akan mendapatkan perhatian, pelayanan, dan fasilitas yang lebih baik dari sekolah, terutama dari guru honorer.
Berapa Nilai Maksimal Untuk Susuk Sumbawa ?
Jangan lebih dari Rp. 500. Sekolah harus bisa melihat pola pikir sebagian kecil orang yang diluar sana yang berkemungkinan membuat mereka menganggap sekolah mengadakan pungutan liar.
Uang Rp. 500 per hari tidak akan terlalu membebani siswa.
Proses pengumpulan Susuk Sumbawa juga diusahakan untuk disamaratakan (namun sekolah harus tetap bijaksana, jangan sampai ada siswa dan orangtua yang merasa dipaksa karena siswa benar-benar tidak memiliki uang Rp. 500 di waktu-waktu tertentu).
Dengan Rp. 500, pihak sekolah relatif akan mampu menghilangkan anggapan membebani siswa. Kami sangat yakin dengan itu !!.
Cara Mensosialisasikan Susuk Sumbawa Untuk Menghindari Stigma Negatif
Saat ini para orangtua yang memiliki anak yang bersekolah di SD dan SMP Negeri memiliki anggapan bahwa mereka "bebas" dari beberapa biaya administrasi tertentu.
Itu adalah sebuah calon permasalahan yang harus bisa diantisipasi oleh pihak sekolah.
Cara terbaik adalah mengundang para orangtua siswa, dinas terkait, para guru, siswa dan pihak lain seperti kepolisian dan organisasi masyarakat supaya bisa menjelaskan visi dan misi dari Susuk Sumbawa.
Dengan transparansi yang berkelanjutan, maka pihak-pihak tersebut akan memahami bahwa Susuk Sumbawa akan memberikan banyak manfaat untuk semua pihak, tidak hanya untuk guru honorer saja. Sebab sisa dana yang terkumpul dari Susuk Sumbawa yang tidak terpakai bisa dialokasikan untuk kebutuhan yang lain, misalnya memperbaiki dan meningkatkan infrastruktur sekolah yang bersifat fisik maupun non fisik.
Namun ada satu hal yang kami tekankan disini, Susuk Sumbawa akan bisa sukses dan berjalan dengan baik jika dimulai dari pihak sekolah itu sendiri.
Makanya mengesampingkan dugaan dan anggapan negatif seperti "kami takut dianggap melakukan pungli", "kami takut ini gagal", "kami takut di demo orangtua dan masyarakat", "kami takut guru honorer keenakan" harus bisa dikesampingkan. Sebab menduga-duga tanpa melakukan tindakan apapun itu hanyalah sebuah cara menggagalkan dan menghancurkan diri sendiri. Ingat bahwa sebuah sungai tidak akan pernah bisa diketahui kedalaman dan kesegarannya sebelum kita menerjunkan diri kedalamnya, itulah motto yang membuat kami bisa menempuh dan menuntut ilmu di luar sana meskipun saat itu tidak memiliki "modal yang cukup".
Mungkin sampai disini dulu pengenalan tentang Susuk Sumbawa ini, kami berjanji akan melanjutkan membahasnya besok lusa dan merundingkannya bersama anda. Jangan sungkan untuk berembug bersama kami di kolom komentar yang kami sediakan di bawah ini.
Jangan lupa untuk membagikan ide gila dalam artikel ini kepada rekan-rekan anda, tapi kami berharap anda jangan pernah membagikan artikel ini sebelum membaca dan memahaminya.
No comments:
Post a Comment