Fenomena (akhirnya kami menyebutnya sebagai sebuah fenomena) guru yang naksir murid sepertinya bukan sebuah hal yang janggal. Hal ini bisa dilihat sekaligus dibuktikan dari sebagian besar kasus yang membuktikan bahwa pernikahan antara guru dan murid itu memang sangat mungkin terjadi.
Namun sayangnya dalam benak masyarakat Indonesia, fenomena guru naksir murid ini masih menjadi sesuatu yang dianggap -maaf- tabu, terlarang bahkan berkemungkinan besar mengundang gunjingan. Koq bisa? Padahal cinta itu sendiri bersifat universal dan bisa merambah ke dalam hati setiap manusia tanpa membedakan profesi atau kedudukan.
Rasa suka yang bertransformasi menjadi sikap naksir ini sebenarnya berlangsung dua arah, yakni dari guru ke siswa atau dari siswa ke guru. Dan biasanya hal tersebut juga terjadi jika guru memiliki ciri-ciri yang kami bahas dalam artikel berjudul tipe guru yang disukai murid.
Ilustrasi Guru Berfoto Bersama Murid Yang Disukainya |
Mengutip dari beberapa tulisan yang ada di Kompasiana, kami menemukan ada banyak tulisan yang dipublikasikan oleh guru yang nyata-nyata mengalami "migrasi hati" ke muridnya.
Selain itu penulis juga sudah beberapa kali menemukan secara langsung ada guru yang memang benar-benar jatuh cintrong kepada muridnya dan kemudian menikah setelah si murid memasuki usia yang layak untuk berumah tangga. Hhhmm...hebat yaaa.
Melihat kondisi di atas, penulis jadi merinding sendiri. Secara kami pernah naksir juga, tapi naksir guru. Wkwkwkwk, namun sayangnya gak sampai nikah sih, cuma stalking aja ketika diminta datang ke rumahnya untuk membantu beliau mengerjakan tugas tambahannya seperti menyapu halaman, membersihkan rumah dan memeriksa lembar jawaban ulangan rekan-rekan lainnya.
Guru naksir murid menurut kami bukanlah sebuah hal yang harus digunjingkan selama keduanya masih bisa menjaga keprofesionalan, norma dan aturan yang berlaku di sekolah dan masyarakat. Meskipun sekali lagi kondisi memperlihatkan bahwa guru yang naksir murid kemudian berhasil "menyita perasaan" sang murid cenderung menjalani dan menutupi hubungannya selama waktu yang tidak bisa ditentukan dengan sempoa atau kalkulator.
Ambil contoh Pak AB, dia naksir muridnya yang bernama CD. Konon katanya dia seringkali merasa dag dig dug ketika berpapasan dan bertemu pandang di kelas maupun sekolah. Dan pada akhirnya dia merasa bersyukur karena beberapa tahun berikutnya beliau bisa meresmikan bahwa rasa sukanya terhadap CD tidak bertepuk sebelah tangan, mereka berdua pun melangkah ke pelaminan dan berbahagia sampai sekrang.
Dari contoh di atas bisa terlihat bahwa siapapun, termasuk guru tidak dilarang untuk naksir muridnya. Dan kami juga sebagai penulis melihat bahwa fenomena tersebut bukanlah sesuatu yang layak untuk dipergunjingkan, karena siapapun memiliki rasa dan berhak mengutarakan rasa suka dalam dirinya kepada pihak yang disukainya dengan cara-cara yang baik, terhormat, terpuji dan bisa dipertanggungjawabkan di kemudian hari serta di akhir kelak.
So, apakah disini ada yang pernah atau sedang naksir muridnya? Jangan sungkan untuk berkomentar yaaa ^_^.
No comments:
Post a Comment