Menjadi seorang guru sekolah memang banyak tantangan, resiko dan tentunya kesan. Semua itu akan dialami oleh setiap orang yang memiliki profesi sebagai guru.
Tapi, tahukah anda bahwa diluar sana seorang guru akan ditilai, disorot dan diperbincangkan, baik itu oleh sesama guru, murid, maupun masyarakat dimana guru tersebut tinggal.
Berbagai macam opini dan persepsi yang terlahir dari beberapa ekosistem dan personal itu pada akhirnya akan membentuk sebuah poros yang menjurus pada dua hal, yakni disukai dan tidaknya seorang guru oleh individi-individu yang mengenalnya, terutama murid.
Ketika menunaikan kewajiban sebagai guru sekolah, seseorang senantiasa berusaha semaksimal mungkin untuk mengabdikan pengetahuan dan pengalamannya supaya bisa mendidik para murid dengan baik. Keinginan tersebut mungkin saja tercapai, akan tetapi jangan pernah lengah, sebab pembentukan karakter itu tidak akan bisa berjalan dengan baik ketika seseorang melakukan beberapa tindakan yang akan mencoreng semua hal baik yang pernah dilakukannya.
Kembali ke pokok pembahasan. Seorang guru sekolah adalah seseorang yang mengajar para murid atau siswa di sekolah, dan beberapa dari guru-guru tersebut memiliki perbedaan karakter, visi, misi, sikap dan sifat yang majemuk. Oleh karena itu dalam kesempatan kali ini kami akan mengupas secara rinci mengenai salah satu hal tersebut, yakni sikap, terutama sikap guru yang disukai oleh murid.
Berikut ini adalah beberapa contoh sikap baik seorang guru yang disukai oleh murid :
Ramah Senyum dan Santun Terhadap Murid
Guru yang ramah senyum dan santun terhadap murid akan lebih disukai sekaligus dihargai oleh para muridnya. Koq bisa ? Sebab keramahan dan sikap santun adalah sebuah "sikap gratis" yang seharusnya "tidak dibeli" dan semua orang bisa melakukannya, termasuk guru.
Kenapa guru harus ramah dan santun terhadap murid ? Karena saat ini sikap santun dan keramahan tersebut tidak hanya berjalan satu arah atau dalam arti lain tidak hanya dilakukan oleh murid kepada guru.
Senyuman tulus dan sikap santun seorang guru akan membuat para murid menjadi lebih lemah secara psikologis atau dalam arti lain akan menjadi sebuah bekal positif bagi setiap guru untuk menularkan kebaikan, sebab kedua sikap tersebut tidak akan melemahkan guru yang melakukannya, tetapi justru akan memperkuat citra dan penghargaan.
Sabar Ketika Mengajar
Guru yang memiliki kesabaran ketika mengajar di kelas akan lebih disukai daripada guru yang emosian. Banyak kasus yang bisa dijadikan sebagai referensi betapa mujarabnya bersikap sabar menghadapi para murid yang notabene terdiri dari individu-individu dengan karakter berbeda.
Kesabaran yang kami maksud tidak hanya menghadapi keributan di kelas, tetapi juga sabar dalam membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.
Masih teringat dalam benak kami dulu sewaktu belajar ada seorang guru yang rela dan ikhlas datang ke kostan demi memberikan materi dan ulangan susulan kepada penulis dikarenakan kami saat itu dirawat beberapa bulan di sebuah rumah sakit. Dan hingga saat ini kami masih senantiasa mengenang, berterima kasih serta senantiasa mendo'akan setiap kebaikan beliau.
Tegas dan Senantiasa Bersikap Adil
Jujur, kami adalah seorang yang tidak suka dengan guru yang menganak-emaskan seorang siswa atau sebuah kelas.
Saat itu (atau bahkan mungkin sekarang) anak-anak IPA lebih diistimewakan oleh para guru, bahkan ada beberapa guru yang dengan sombongnya menyebut anak-anak IPA itu pinter-pinter daripada anak IPS atau bahasa. Tapi saat itu di akhir tahun anak-anak IPS angkatan kami menunjukkan taringnya dengan mengharumkan nama sekolah ke jenjang nasional dengan meraih penghargaan sebagai sekolah yang meraih predikat peraih nilai UAN se-Indonesia.
Ada banyak motivasi ketika kami (anak-anak IPS) pada akhirnya berhasil mengharumkan nama sekolah, salah satunya karena rasa kecewa atas sikap beberapa guru yang menganak-tirikan anak-anak IPS.
Rasa kecewa tersebut hadir dikarenakan ada beberapa guru yang enggan untuk menunaikan kewajibannya sebagai guru untuk mengajar di jurusan IPS, dan jika ada, biasanya mereka bersikap manja atau kolokan.
Tapi waktu itu kami juga menemukan beberapa guru yang tegas dan tetap bisa bersikap adil terhadap kami (anak-anak IPS), mereka memberikan semangat dan motivasi supaya lebih baik dari anak-anak IPA. Bahkan saking semangatnya, beliau sengaja tidak meliburkan kami selama kurang lebih 3 minggu di bulan Ramadhan, memang sangat menyedihkan harus sekolah sementara anak-anak jurusan IPA dan Bahasa serta sekolah lain berlibur. Tetapi pada akhirnya pengorbanan guru-guru teladan tersebut berhasil mengantarkan kami menjadi para warrior yang tidak boleh dianggap sebelah mata.
Untuk beliau-beliau kami haturkan terima kasih yang teramat sangat, semoga setiap kebaikan, pengabdian dan waktu serta materi yang telah disisihkan untuk kami senantiasa menjadi amal jariyah yang akan menerangi beliau semua.
Tidak Pelit Nilai & Sering Nraktir Jajan
Dari 12 tahun yang sudah kami sisihkan di jenjang pendidikan wajib, kami pernah beberapa kali menemukan sosok guru yang tidak pelit memberikan nilai dan rezekinya. Bahkan ada (terima kasih untuk almarhum Bapak M) yang tidak pernah mengeluh tentang gajinya. Beliau sering mengajak dan mentraktir kami di kantin sekolah. Jujur, bersama beliau inilah kami menemukan sosok teman, orangtua dan guru dalam waktu bersamaan.
Meskipun beliau sederhana sekali, meskipun beliau pergi ke sekolah mengendarai motor tua keluaran lama (pake banget), meskipun gajinya bisa disebut di bawah rata-rata kebutuhan pokoknya tetapi dia tetap tidak takut rezekinya akan berkurang karena nraktir kami.
Beliau senantiasa percaya bahwa rezeki itu sudah di atur, bahkan ada sebuah candaan beliau yang masih kami ingat hingga sekarang, yakni :
Memberi seribu tidak akan membuat kalian miskin, tetapi justru akan membuat kalian mendapatkan sepuluh ribuCandaan tersebut masih kami ingat dan kami amalkan hingga sekarang, dan ternyata candaan tersebut bukan sekedar candaan.
Memberikan Soal dan Pekerjaan Rumah Sesuai Dengan Kemampuan Siswa
Sikap lainnya dari seorang guru yang disukai oleh para muridnya bisa "mengukur" sejauhmana kemampuan para murid terhadap mata pelajaran yang menjadi tugas guru tersebut.Sikap seperti ini tentunya tidak akan bisa dilakukan oleh seorang guru, tetapi kami pernah menemukan sosok guru seperti ini. Beliau bisa mengukur sekaligus menentukan tugas seperti apa yang sekiranya masih sanggup dikerjakan oleh para muridnya. Dan tindakan seperti ini terbukti bisa membuat kami menjadi lebih semangat serta suka terhadap guru tersebut. Bukan....bukan karena kami merasa diringankan, akan tetapi rasa suka itulah yang pada akhirnya menjadi motivasi kami atas sikap tenggang rasa dan pengertian yang sudah diberikan oleh beliau.
Mungkin pembahasan mengenai sikap guru yang disukai oleh siswa ini kami cukupkan sampai disini dulu, semoga apa yang kami tuliskan kali ini bisa memberikan tambahan pengalaman, wawasan dan ide dan informasi untuk kita semua. Amin.
No comments:
Post a Comment