Kondisi di atas tentunya berpengaruh terhadap kalangan profesi tertentu, termasuk guru.
Meskipun profesi guru adalah sebuah profesi yang profesional, akan tetapi gaji seorang guru masih dirasa belum cukup untuk mencukupi beragam kebutuhan yang semakin hari semakin beranjak naik.
Namun begitu, meningkatnya kebutuhan hidup bukan berarti seorang guru harus bersikap materalistis. Karena sebenarnya kebutuhan hidup tersebut tergantung dari gaya hidup. Atau kesimpulannya gaya hidup sangat menentukan seberapa besar kebutuhan hidup yang harus dipenuhi dalam periode tertentu, misalnya per bulan.
Ilustrasi Kenapa Guru Jangan Terlalu Materialistis |
Dengan nilai gaji yang cenderung jarang mengalami kenaikan, seorang guru dituntut untuk bisa menyesuaikan gaya hidup sehingga tidak menjadi bulan-bulanan kehidupan yang semakin tidak mengenal belas kasihan.
Dengan menyesuaikan gaya hidup juga seorang guru akan sanggup melakoni profesinya dengan relatif sempurna tanpa harus melakukan berbagai tindakan konyol dan beresiko, misalnya menjadi makelar proyek tertentu.
Meskipun kasus pelanggaran yang terjadi di kalangan guru tidak setinggi seperti yang terjadi di kalangan pejabat DPR/MPR, namun jika kita meluangkan waktu untuk "menjelajah" ke lorong-lorong terkecil pastinya akan menemukan pelanggaran yang dilakukan oleh guru dan warga sekolah. Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi tersebut tidak mengemuka ke permukaan disebabkan banyak dari kita yang "menutup mata" terhadap kenyataan tersebut, sehingga jika dibiarkan akan semakin tumbuh subur.
Pelanggaran yang terjadi di kalangan dunia pendidikan sangat jelas akarnya, yakni tidak bisa mengendalikan keserakahan, sehingga manajemen psikologis sangat dibutuhkan oleh setiap guru.
Dengan memanajemen psikologis, maka seorang guru bisa mengendalikan rasa/sikap serakah, sehingga untuk jangka panjang akan menyelamatkan pihak yang bersangkutan di dunia maupun di akhirat.
Lalu apa saja alasan seorang guru dilarang matre ?
Matre adalah sebuah singkatan dari akronim yang bisa diartikan sebagai cara pandang seseorang yang terlalu mengedepankan nilai-nilai materi.
Sikap materialistis yang terlalu mendominasi cenderung akan membawa seseorang menghalalkan berbagai cara supaya kebutuhan terhadap materi bisa/selalu terpenuhi.
Dan jika dihubungkan dengan profesi seorang guru, tentunya sikap materialistis yang berlebihan ini harus dikesampingkan supaya tidak membuat guru tersebut terlalu berorientasi kepada kebutuhan lahir yang fana.
Dengan mengesampingkan kebutuhan lahiriah yang sebenarnya bisa dipenuhi oleh gaya hidup sederhana, lebih baik fokus kepada profesinya untuk melakukan transfer ilmu kepada siswa didik. Karena dengan fokus kepada hal baik seperti itu, maka kebaikan pun tidak akan menjauhi dan akan semakin dekat dengan rezeki.
Salah seorang teman kami yang mengajar di pedalaman Timika (yang kebetulan bertemu tanggal 14 April 2017) mengemukakan bahwa cara dan gaya hidup penduduk asli disana memberikan dia banyak pelajaran. Salah satunya mengenai betapa sederhananya gaya hidup warga Timika.
Dengan motivasi belajar yang tinggi disertai dorongan penuh kesadaran dari para orang tua, siswa-siswi disana berangkat ke sekolah tanpa alas kaki demi mendapatkan pengetahuan. Selesai belajar, mereka (para siswa/i) langsung membantu orangtua mereka bekerja di ladang atau menangkap ikan di danau.
Alam menyediakan kebutuhan mereka, para warga disana tidak pernah mempedulikan Samsung Galaxy S8 ataupun iPhone7. Sebab bisa makan tanpa harus melakukan berbagai kecurangan atau penipuan sudah cukup bagi mereka untuk tetap beribadah kepada-Nya.
Pola hidup warga di pedalaman Timika tersebut memberikan inspirasi kepada sahabat saya bahwa sesungguhnya kesederhanaan bisa membuat dirinya mengesampingkan gengsi. Dan akhirnya dia sadar bahwa kebutuhannya sudah terpenuhi dengan kebaikan warga disana.
Dengan menjadikan profesi sebagai sesuatu yang benar-benar harus diamalkan, maka kebutuhan lahiriah terhadap materi pun tidak perlu dipermasalahkan. Bahkan dengan gaji yang berada di bawah guru honorer pun dia bisa tetap survive.
Dia mengatakan bahwa lingkungan juga berpengaruh terhadap gaya hidup seseorang, dan dia memberikan tips berikut ini supaya kita (terutama guru) tidak menjadi korban gaya hidup yang salah :
- Menanam dan menjaga kesadaran bahwa kebutuhan lahiriah seseorang itu bersifat fana
- Meningkatkan kepercayaan bahwa mengedepankan gengsi justru akan menenggelamkan dan mengaburkan profesi seorang guru
- Membudayakan hidup sederhana demi mencegah melakakukan beragam tindakan yang melanggar kode etik seorang guru
Dengan menjauhi sikap matre, seorang guru akan benar-benar memahami bahwa profesinya adalah mengabdi kepada negara. Meskipun negara (dirasa) tidak begitu menghargai, tapi itu bukan sebuah alasan untuk menghancurkan negara dengan praktek-praktek tidak terpuji.
Silahkan baca artikel kami mengenai Susuk Sumbawa Untuk Kesejahteraan Guru, kami harap penjelasan di dalam tulisan tersebut bisa memberikan ide, inspirasi dan wawasan untuk kita semua.
Akhir kata, uraian mengenai beberapa alasan kenapa guru jangan matre dicukupkan sampai disini. Terima kasih atas kunjungan anda, sampai jumpa di kesempatan yang akan datang dengan artikel informatif lainnya.
No comments:
Post a Comment