Maka dari itu seorang guru juga secara tidak langsung akan tertuntut untuk mendidik mereka sebaik mungkin sehingga kedepannya diharapkan peserta didik akan menjadi manusia sekaligus generasi penerus bangsa yang memiliki jiwa pemimpin, mandiri, berkepribadian positif dan menunjung tinggi hak manusia lainnya. Dan semua itu akan bisa diwujudkan jika seorang guru bisa mendidik anak (peserta didik) secara baik, positif dan berkesinambungan.
Dalam artikel kali ini kami akan mengupas secara lebih dalam mengenai peran ganda guru tersebut, yakni sebagai tenaga pengajar sekaligus orangtua bagi peserta didik sehingga para guru bisa mendidikan para murid dengan contoh tindakan maupun perkataan yang positif serta akan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik.
Namun sebelum membahasnya, kami menyarankan kepada anda untuk membaca artikel bertajuk 5 Penyebab Kegagalan Guru Dalam Mengajar dengan harapan bisa lebih memahami korelasi, sebab dan akibat yang berhubungan dengan penjelasan dalam artikel ini.
Ilustrasi Ibu Yang Sedang Mendidik Anak Sejak Dini |
Berikut adalah penjelasan rinci mengenai beberapa poin cara mendidik anak (murid) yang baik yang bisa dilakukan oleh setiap guru dalam konteks peran gandanya sebagai orangtua di sekolah :
1. Ajarkan Tanggung Jawab dan Kemandirian Sejak Dini
Mengajarkan tanggung jawab dan kemandirian akan bisa lebih intens dilakukan oleh seorang guru dikarenakan akan didukung oleh kemampuan berpikir dan berbicara para peserta didik.
Kami berkata seperti itu dikarenakan para peserta didik yang memasuki jenjang sekolah tentunya sudah berada di rentang waktu tertentu yang memungkinkan mereka untuk bisa lebih memahami mengenai contoh sikap/perbuatan/tindakan serta lisan atau ucapan yang dilandasi dengan tanggung jawab.
Selain tanggung jawab, seorang guru juga diharapkan untuk bisa mengajarkan sikap mandiri kepada anak atau peserta didik. Sebab kemandirian ini akan menjadi salah satu bekal bagi para siswa di masa depan supaya tidak menggantungkan hidupnya kepada orang lain.
Mengajarkan tanggung jawab dan kemandirian adalah salah satu tindakan yang sangat baik dan disarankan untuk dilakukan oleh setiap guru dan orang tua, baik itu di sekolah maupun di sekolah.
Selain tanggung jawab, seorang guru juga diharapkan untuk bisa mengajarkan sikap mandiri kepada anak atau peserta didik. Sebab kemandirian ini akan menjadi salah satu bekal bagi para siswa di masa depan supaya tidak menggantungkan hidupnya kepada orang lain.
Mengajarkan tanggung jawab dan kemandirian adalah salah satu tindakan yang sangat baik dan disarankan untuk dilakukan oleh setiap guru dan orang tua, baik itu di sekolah maupun di sekolah.
2. Tumbuhkan Rasa Ingin Tahu
Menumbuhkan rasa ingin tahu anak adalah salah satu hak asasi setiap guru dalam peran gandanya sebagai orang tua ketika berada di sekolah.
Dengan menumbuhkan rasa ingin tahu maka seorang guru sudah berperan aktif untuk mendidik anak supaya tetap kreatif dalam mencari beragam jawaban yang didasari rasa ingin tahu. Yang mana jawaban tersebut diharapkan bisa menjadi penunjang kesuksesan dan kebahagiaan di masa depan.
Rasa ingin tahu yang berkembang dalam diri peserta didik bisa melahirkan inovator-inovator baru, sehingga perkembangan mereka diharapkan akan mensejahterakan kehidupan manusia pada umumnya.
3. Kembangkan Kemampuan Berpendapat
Mengembangkan kemampuan berpendapat akan melahirkan manusia yang aktif berperan serta dalam kehidupan masyarakat.
Kemampuan berpendapat juga sangat berperan dalam setiap aspek kehidupan. Anak atau peserta didik yang memiliki kemampuan berpendapat tidak akan serta merta menerima pendapat orang lain, tetapi mereka akan mempelajarinya terlebih dahulu untuk mengetahui kebenarannya. Sikap seperti ini akan menciptakan manusia yang tidak mudah dihasut, tidak mudah dipengaruhi doktrin ataupun propaganda, tidak mudah dihancurkan dan tidak mudah untuk dipengaruhi secara lisan maupun non lisan karena mereka akan memiliki pendapat sendiri untuk digunakan sebagai perbandingan sebelum menentukan keputusan.
4. Tanamkan Rasa Sosial, Simpati dan Peduli atau Solidaritas
Menanamkan rasa peduli, simpati dan sosial dalam diri anak maupun peserta didik akan membantu mereka menjadi pribadi yang bijaksana di masa depan, terutama di kehidupan sosial (masyarakat).
Dengan rasa sosial, peduli, simpati dan solidaritas yang terpatri di dalam diri, maka seorang anak relatif akan sanggup untuk beradaptasi serta peka terhadap permasalahan pribadi maupun permasalahan sosial yang dihadapinya. Dan kondisi ini tentunya merupakan sebuah bekal positif yang akan membuat mereka lebih berkembang di hari esok.
5. Beri Contoh Teladan Yang Baik dan Positif
Sebagai orang tua sekaligus guru, anda diharapkan untuk bersikap/bertindak dan berbicara dengan tetap menyertakan unsur keteladanan yang baik dan positif supaya anak atau peserta didik/murid bisa menjadikannya sebagai salah satu pedoman hidup.
Keteladanan dan contoh yang baik bisa dihadirkan dalam berbagai aktivitas dan kesempatan tanpa mengenal kapan dan dimana anda berada.
Dengan demikian, maka sebagai orangtua seharusnya anda bisa menonjolkan keteladanan dalam setiap hal maupun kegiatan yang anda lakukan, terutama ketika sedang bersama anak maupun peserta didik (siswa/murid).
6. Jangan Menuruti Semua Keinginan Anak
Sebagai orang tua yang baik, anda tentunya ingin membahagiakan mereka, namun anda harus tetap bijaksana ketika menghadapi berbagai permintaan dari anak anda. Sebab terlalu menuruti keinginan dan permintaan mereka tidak selalu bisa diartikan sebagai tindakan yang akan membahagiakan mereka, karena tindakan seperti itu juga justru sangat berpeluang menjadikan anak anda sebagai anak yang manja, tidak mandiri, otoriter dan selalu ingin dipahami.
Tetaplah bijaksana ketika menghadapi permintaan atau keinginan anak anda. Tetap sesuaikan kemampuan anda dan jangan lupa untuk mempertimbangkan aspek manfaat serta efek jangka panjang terhadap anda & anak anda sebelum anda benar-benar mengabulkan permintaannya.
Ingat juga bahwa kepribadian anak anda sangat dipengaruhi oleh tindakan anda, salah satunya dalam menuruti atau menolak keinginan anak anda.
7. Jangan Terlalu Banyak Melarang
Melarang anak menjahili temannya adalah sebuah bentuk pelarangan yang bertujuan positif. Tetapi melarang anak membantu temannya yang kesulitan (misalnya jatuh dari tangga) adalah sebuah tindakan pelarangan yang salah.
Sebagai guru sekaligus orang tua, anda harus bisa benar-benar mengkategorikan jenis larangan sebelum anda benar-benar melarang anak anda melakukan/berkata sesuatu.
Selain itu anda juga harus benar-benar bisa menentukan jenis larangan berdasarkan usia, waktu, tempat dan keadaan. Sebab larangan itu bersifat objektif dan subjektif, artinya larangan itu harus benar-benar memperhatikan aspek internal dan eksternal supaya tetap terjadi keseimbangan dan tidak ada pihak yang dirugikan atau diuntungkan secara sepihak.
8. Ajarkan Anak Untuk Tidak Tidak Berbohong
Mengajarkan anak supaya tidak berbohong adalah sebuah hal mendasar yang sebaiknya dilakukan oleh setiap guru dalam peran gandanya sebagai orang tua sewaktu di sekolah.
Saat anda lapar, katakannlah 'Iya' jika ada anak yang bertanya 'Apakah Bapak/Ibu belum sarapan?"
Jawa "Iya" juga ketika anda benar-benar sedang membutuhkan ketenangan.
Sikap dan tindakan yang dilandasi dengan kejujuran akan menjadi sesuatu yang ditiru oleh anak. Dan peniruan tersebut akan dilakukan oleh anak atau peserta didik dimanapun, baik itu di sekolah maupun di sekolah.
Jangan pernah sekalipun anda berniat secara sengaja mengajarkan kebohongan kepada anak anda. Sebab sekali saja anda mengajarkan kebohongan, maka suatu saat nanti anda akan dibohongi oleh mereka.
9. Jangan Menghukum Dengan Kekerasan Fisik
Dalam artikel kami yang berjudul 5 Penyebab Siswa/Peserta Didik Tidak Menghargai Guru, kami sudah menjelaskan bahwa hukuman fisik tidak akan mengubah kondisi menjadi lebih baik.
Menghukum anak dengan kekerasan fisik seperti menampar, memukul, mencambuk, menjemur adalah sebuah tindakan yang harus dihindari oleh setiap guru dan orang tua.
Hukuman fisik mungkin di anggap akan menyelesaikan masalah, namun itu adalah anggapan yang terlalu dini dan cenderung timbul saat anda tidak bisa mengendalikan emosi. Justru sebaliknya, hukuman berupa kekerasan fisik tidak akan pernah menyelesaikan masalah, sebab akan melahirkan konflik dan pribadi yang lebih keras, pendendam bahkan tertekan secara psikologis.
Tindakan penuh kehangatan, kasih sayang dan terbuka lebih disarankan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi anak ataupun peserta didik. Dan penyelesaian masalah yang bersifat positif seperti ini justru akan lebih cepat menghapus permasalahan yang sedang dihadapi.
10. Curahkan Cinta dan Perhatian Secara Konsisten
Melibatkan cinta dan perhatian secara konsisten kepada anak maupun peserta didik atau siswa/murid adalah sebuah tindakan sekaligus keputusan yang menandakan bahwa anda sudah mampu mendidik anak secara baik dan positif.
Membesarkan dan mengasuh serta mendidik anak yang baik akan terasa lebih membahagiakan, bermakna dan menyenangkan ketika anda mampu melibatkan cinta didalamnya.
Oleh karena itu sebagai pelengkap sekaligus penutup artikel ini, kami mengajak anda semua untuk tetap mengundang dan mempersilahkan cinta untuk hadir dalam setiap kesempatan, terutama dalam mendidik anak.
11. Mengajarkan Tidak Konsumtif atau Boros
Gaya hidup zaman sekarang lebih cenderung mengedepankan gengsi yang salah kaprah. Alih-alih bertujuan mendidik anak dengan cara yang baik, banyak orangtua justru mendidik anak secara salah dalam sebagian besar aktifitas.
Pedicure dan medicure misalnya. Tujuan awalnya mungkin untuk membersihkan dan menjaga kecantikan tubuh, namun banyak orangtua yang mengajak serta anaknya ketika pergi ke salon. Jika hal ini dibiarkan, maka kemungkinan besar si anak akan mengikuti apa yang dilakukan oleh orangtuanya di kemudian hari.
Belanja hampir tiap hari ke butik juga merupakan sebuah bentuk cara mendidik anak yang tidak baik, karena si anak juga akan terbiasa dengan gaya hidup konsumtif, terlepas apakah si anak itu terlahir di keluarga yang berkecukupan atau justru sebaliknya.
Jika orangtua ingin mendidik anak-anaknya dengan cara yang baik serta positif, maka mengajarkan pola atau gaya hidup sederhana sebaiknya dimulai semenjak anak anda masih berusia balita.
Selain itu hindari juga memperkenalkan barang-barang berharga mahal yang anda beli, sebab di kemudian hari anak anda bisa saja meniru kebiasaan anda.
Didiklah anak anda untuk santun dan hidup sederhana meskipun anda memiliki materi yang berlimpah. Dengan begitu maka anda sudah berusaha untuk mendidik anak anda dengan cara yang relatif baik, sehingga kedepannya anak anda akan tumbuh dengan sifat, sikap, pola/gaya hidup dan kepribadian yang positif pula.
Akhir kata, terima kasih atas atensi dan kunjungan anda, sampai jumpa di kesempatan yang akan datang dengan artikel bermanfaat lainnya.
No comments:
Post a Comment