Sebagaimana manusia dan profesi lainnya, seorang guru juga sangat berpotensi menjadi tidak profesional ketika menjalankan tugas, terutama tugasnya sebagai seorang tenaga pengajar atau pendidik di sekolah.
Terjadinya ketidakprofesionalan tersebut bisa disebabkan oleh berbagai hal, baik yang bersumber dari dalam diri guru itu sendiri (internal) maupun disebabkan oleh faktor eksternal. Dan sebagai seorang guru, anda diharapkan untuk mengenali berbagai gejala penyebab ketidakprofesionalan sedini mungkin supaya tetap bisa menjadi sosok atau figur yang selalu mengedepankan serta memprioritaskan peran dan tanggungjawab maupun kode etik sebagai seseorang yang mengemban tugas mulia.
Ilustrasi Guru Yang Profesional Menjalankan Tugas |
Dengan mengetahui gejala penyebab ketidakprofesionalan tersebut, anda diharapkan tetap mampu menjadi sosok yang mampu menonjolkan beragam sikap positif demi terciptanya generasi masa depan yang lebih baik. Dan untuk membantu anda mempertahankan profesionalisme sebagai seorang guru, berikut ini adalah beberapa ciri yang bisa dijadikan sebagai acuan bahwa anda sudah profesional :
- Senantiasa mampu mengajar anak didik secara edukatif
- Selalu berusaha untuk menegakkan dan mematuhi kode etik keguruan
- Mengupayakan berbagai usaha supaya bisa menguasai materi pelajaran
- Memahami karakter peserta didik secara komprehensif dan berkesinambungan
- Senantiasa berusaha untuk mempertahankan berbagai faktor penunjang keberhasilan pembelajaran
- Tetap kreatif ketika mengajar para peserta (anak) didik
- Tidak malas untuk mengajar dan kewajiban lainnya sebagai guru
- Berusaha sebaik mungkin untuk menjadi sosok guru yang dihormati; dan lain-lainnya (kami sarankan anda untuk menyimak artikel yang kami tulis sebelumnya untuk mengetahui detail lebih lanjut).
Setelah mengetahui beberapa tanda atau ciri guru yang selalu berusaha bersikap atau menunaikan kewajiban secara profesional, sekarang saatnya bagi anda untuk mengetahui beberapa penyebab seorang guru menjadi tidak profesional dalam menjalankan tugas. Dan inilah penjelasan subjektif dari kami tentang 5 poin yang menyebabkan seorang guru tidak profesional menunaikan tugas atau wewenangnya sebagai seorang guru :
1. Tidak Menyadari Bahwa Profesinya Sebagai Seorang Guru Merupakan Profesi Yang Melibatkan Profesionalisme
Seorang guru yang tidak memiliki kesadaran bahwa profesinya sebagai guru adalah sebuah profesi yang tidak akan bisa dilepaskan dari profesionalisme kemungkinan besar tidak akan bersikap profesional menjalan hak dan kewajibannya.
Maka dari itu pemerintah sudah mencanangkan berbagai program seperti pelatihan, pendidikan maupun latihan serta seminar untuk meningkatkan profesionalisme setiap guru.
Sikap tidak menyadari profesionalitas tersebut akan menjadi sebuah hal buruk jika tidak disikapi dengan baik. Oleh karena itu setiap guru diharapkan untuk memahami bahwa profesi yang diembannya merupakan sebuah profesi yang profesional serta layak untuk dipertahankan selama hidupnya atau minimal selama mengemban tugas dan kewajiban sebagai seorang tenaga pengajar.
2. Terperangkap Dalam Efek Lazarus (Lazarus Effect)
Perlu diketahui bahwa poin kedua ini bersifat sangat subjektif, tetapi sangat mungkin dialami oleh setiap guru yang -maaf- tidak profesional dalam menjalankan tugas.
Lazarus Effect adalah sebuah kondisi dimana seseorang terperangkap dalam bayang-bayang orang yang diidolakan atau dipujanya. Yang mana pihak yang dipuja adalah orang yang senantiasa bersikap baik dan teladan serta memberikan contoh yang baik. Tetapi yang terperangkap dalam Efek Lazarus tidak mengikuti tindakan atau perbuatan orang yang dipujanya, mereka merasa sudah melakukan berbagai kebaikan, padahal kebaikan tersebut hanya sebuah opini yang timbul tanpa disertai dengan tindakan yang real.
Seorang guru sangat berpeluang merasa sudah melakukan berbagai tindakan yang positif dan bermanfaat dengan berpedoman pada orang yang diidolakannya, tetapi 'perasaan' tersebut hanyalah sebatas perasaan saja, sebab kenyataannya mereka sama sekali tidak melakukan tindakan positif apapun.
Kondisi seperti ini seringkali ditemukan di lingkungan pendidikan yang -maaf- melibatkan persaingan ketat di antara sesama pengajar. Sehingga setiap pihak berlomba menjadi yang terbaik. Dan ketika ada pihak yang "kalah" serta tidak bisa menerima kenyataan, mereka secara tidak langsung akan lebih mudah masuk dalam perangkap Lazarus Effect.
3. Terlalu Mengedepankan Ego dan Emosi Negatif
Bukan manusia namanya jika tidak memiliki ego dan emosi negatif, dan itu sangat mungkin dialami oleh anda yang berprofesi sebagai guru.
Terlalu mengedepankan ego, tidak mau kalah dan mengekspresikannya dalam bentuk tindakan emosinal negatif akan membimbing seorang guru melakukan tindakan yang melanggar kode etik sekaligus menjadi tidak profesional.
Banyak sekali contoh tindakan yang berhubungan dengan poin ke-3 ini, misalnya dalam menentukan pola mengajar. Seorang guru yang memiliki ego dan mengedepankan emosi negatif akan melakukan pelanggaran terhadap pola mengajar yang sudah ditentukan "hanya karena" merasa bahwa metode mengajarnya lebih baik daripada yang sudah ditetapkan.
Untuk mengatasi permasalahan internal ini, seorang guru diharapkan untuk menyadari bahwa aturan yang ditetapkan benar-benar ditetapkan berdasarkan musyawarah demi mencapai kesejahteraan semua warga sekolah, termasuk dirinya sendiri.
4. Tergoda Dengan Sesuatu Yang Terkesan Lebih Baik
Mengajar adalah sebuah aktivitas transfer ilmu yang sebaiknya dilandasi dengan sikap profesional. Namun tidak menutup kemungkinan profesionalisme tersebut diabaikan ketika seorang guru mendapatkan tawaran mengajar di tempat lain yang memberikan iming-iming insentif berupa gaji yang lebih besar.
Ketika seorang guru terjebak dalam situasi seperti ini, mereka pada umumnya akan sedikit lalai (termasuk mengabaikan profesionalisme) dan bukan tidak mungkin para peserta didik juga akan "menjadi korban".
Ambil contoh guru yang mengajar di lembaga pendidikan eksternal milik swasta (misalnya kursus atau les tambahan). Guru yang mengajar di beberapa tempat seringkali mengabaikan profesionalisme dan tugasnya sebagai guru yang seharusnya mengajar di sekolah X dikarenakan dia merasa mengajar di tempat Y dengan alasan "upahnya" lebih besar.
Kondisi di atas adalah sebuah hal yang sebenarnya sangat pelik dikarenakan terdapat puluhan bahkan ratusan peserta didik yang akan terabaikan. Jika hal ini dibiarkan, maka anak-anak yang "teranak-tirikan" akan menjadi korban.
Solusinya : tentukan pilihan, dan jika anda belum/tidak bisa menentukan pilihan maka aturlah jadwal sebaik mungkin sehingga para peserta didik di lokasi berbeda tetap bisa mendapatkan pengetahuan sebagaimana mestinya.
5. Tidak Bisa Mengendalikan Hawa Nafsu Secara Konsisten
Lagi dan lagi kami menegaskan bahwa seorang guru tetaplah seorang manusia biasa yang tidak akan bisa dilepaskan dari hawa nafsu.
Maaf, poin ke-5 ini adalah sesuatu yang didasari oleh fakta atau kenyataan.
Seorang guru yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsu cenderung akan melanggar kode etik sekaligus menjadi tidak profesional dalam menjalankan tugas.
Hawa nafsu yang tidak termanajemen dengan baik bisa mengarahkan seorang guru melakukan berbagai tindakan yang merugikan dirinya sendiri, merugikan keluarga, merugikan peserta didik dan merugikan nama baik sekolah. Ambil contoh guru yang melakukan korupsi, melecehkan peserta didik, mengkonsumsi obat-obat terlarang, melakukan kekerasan fisik dan se-abrek tindakan negatif merugikan lainnya merupakan beberapa contoh yang disebabkan oleh ketidakmampuan guru dalam mengendalikan hawa nafsu sekaligus sebuah tanda bahwa yang bersangkutan tidak bersikap profesional dalam menjalankan tugas.
Meskipun kasus seperti ini masih terbilang jarang dan bisa dihitung dengan jari, akan tetapi hawa nafsu tidak akan bisa dihilangkan dari dalam jiwa setiap manusia. Maka dari itu manajemen psikologis sangat dibutuhkan supaya hawa nafsu tetap bisa dikendalikan sehingga menciptakan suasana bathin yang tenang dan tentram serta tercipta keprofesionalan yang tiada henti.
Itulah penjelasan dari kami mengenai 5 penyebab guru menjadi tidak profesional dalam menjalankan tugas. Kami harap artikel ini bisa memberikan tambahan informasi, wawasan, pengalaman, pengetahuan, inspirasi dan ide untuk kita semua. Amin.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih atas atensi dan kunjungan anda, sampai jumpa di kesempatan yang akan datang dengan artikel informatif lainnya.
No comments:
Post a Comment